LUBUKLINGGAU-Wali Kota Lubuklinggau periode 2013-2023, H SN Prana Putra Sohe memiliki sederet alasan mengapa hanya H Rodi Wijaya (HRW) kandidat wali kota Lubuklinggau yang paling pantas menggantikan dirinya.
Tak hanya dinilai berpengalaman, sosok HRW juga diyakini mampu memahami karakteristik Kota Lubuklinggau secara menyeluruh.
Diungkapkan Nanan, sapaan akrab, H SN Prana Putra Sohe, ada beberapa indikator yang membuat HRW satu-satunya sosok yang pantas menggantikannya menjadi orang nomor satu di Kota Lubuklinggau lima tahun kedepan.
Perlu diketahui, untuk memajukan suatu daerah, butuh orang yang paham dengan kondisi daerah itu dan bukan orang yang hanya paham tentang geografis maupun kultur saja.
“Yang kita butuhkan, sosok yang paham tentang pemerintahan dan tentunya juga paham mengenai kondisi geografis serta kultur budaya masyarakatnya,” tambah dia.
Masih menurut caleg terpilih DPR RI dari PKB itu, HRW sudah dua periode berturut-turut menjabat sebagai Ketua DPRD kota Lubuklinggau, jadi sudah pasti paham dengan kondisi keuangan daerah serta apa yang harus dia lakukan untuk memajukannya.
“Masyarakat juga harus bisa melihat mana yang ikhlas dan mana yang hanya untuk kepentingan politik atau menggapai kekuasaan semata. Rekam jejak bisa dilihat selama seorang calon berada di Kota Lubuklinggau,” bebernya.
Jadi, bukan hanya ada kepentingan politik hendak maju baru mau berbuat untuk masyarakat. Jika itu yang terjadi, artinya hanya ada kepentingan politik.
“Misalnya, tiba-tiba memegang suatu ormas, organisasi olahraga, organisasi kepemudaan dan lain-lain. Jadi, masyarakat harus cerdas,” katanya.
Lihat juga apa yang sudah dicapainya, bukan hanya tercatat saja tapi memang sudah berbuat dan menghasilkan karya. Kenapa harus sedalam itu menilainya? Karena jabatan kepala daerah masanya sampai lima tahun. Jadi kalau tidak bener maka arah kebijakan dan arah pembangunan Kota Lubuklinggau bisa mengalami kemunduran.
“Masyarakat harus hati-hati memilih, Lubuklinggau tidak butuh orang yang baru mau belajar. Linggau butuh orang yang ikhlas membangun dengan rekam jejak yang jelas dan sudah terbukti berbuat bukannya baru berbuat karena ada kepentingan politik semata,” paparnya.
Makanya, Nanan sangat paham kalau sebagian orang Lubuklinggau memiliki pemikiran seperti itu, walaupun diakui masih ada yang berpikir seperti saat Pileg lalu, hanya berpikir transaksional.
“Tapi, menurut pengalaman saya saat Pilkada tidak segampang apa yang terjadi saat Pileg, memang semua orang butuh uang, tapi saya yakin dalam Pilkada orang Linggau masih banyak yang punya hati nurani,”pungkasnya.(*)